KDNY (Kabar Dari New York):
M. Syamsi Ali : Imam Masjid Islamic Cultural Center of New York
“For
me, Islam does make more sense,” ujar Alina. Dan akhirnya, gadis
keturunan Rusia yang telah menetap di California ini mengikrarkan diri
masuk Islam
Sekitar tiga bulan lalu, the Islamic Forum kedatangan seorang peserta
baru. Seorang gadis berkulit putih dan tinggi semampai memasuki ruang
kelas itu dengan pakaian muslimah yang sangat rapih. Pada awalnya
memang saya mengira bahwa dia adalah seorang Muslimah keturunan Albania
. Bahkan sangkaan saya ini berminggu-minggu, hingga suatu ketika saya
tanyakan “when did you convert?”. Dengan sedikit tersipu dia menjawab: “I am still learning. I really want to know more before taking any decision”. Saya tentunya terkejut dengan jawaban itu. Sebab selama ini dia menampilkan diri di kelas persis seperti Muslim.
Kata-kata “insya Allah”, “masya Allah”, dll., keluar dari mulutnya persis seorang Muslimah.
Bahkan dalam beberapa kasus, dia terkadang menyelah penjelasan saya
dengan tambahan, atau beberapa kali mengoreksi poin yang dianggapnya
kurang tepat. Setiap waktu pun shalat pasti ikut melakukan shalat
dengan jama’ah lainnya.
Ketika seorang non Muslim menanyakan tentang gambar dalam Islam, apakah
boleh atau tidak? Saya menjelaskan bahwa itu tergantung gambar apa dan
bagaimana serta untuk tujuan apa. Dia kemudian seolah mengoreksi bahwa “pictures of living creatures are not allowed. I read about this in the hadith Imam”,
selahnya. Dalam beberapa kesempatan terpaksa saya harus jelaskan bahwa
menyampaikan Islam itu mutlak memakai “pendekatan” yang tidak
sekaligus.
Alina, demikian dia memanggil namanya. Gadis ini berasal Rusia, tapi
telah lama menetap di Amerika. Menurutnya, sejak kelas 3 SD dia sudah
tinggal di California hingga tamat SMA bersama orang tuanya yang
merupakan imigran dari Rusia. Setamat SD , Alina melanjutkan sekolahnya
di New York City University dengan spesialisasi accounting. Sejak tamat
dari universitas, Alina diterima bekerja pada sebuah Accounting firm
yang cukup besar di kota New York .
Di saat menjadi mahasiswa itulah Alina mulai mengenal Islam lewat teman
kuliahnya. Pergaulan dengan teman itulah yang membuatnya semakin
tertarik untuk mendalami Islam. Hingga suatu ketika, menurutnya, dia
sangat meyakini, “for me, Islam does make more sense”.
Tapi menurutnya lagi, yang paling menarik perhatiannya adalah kenyataan
bahwa mayoritas umat Islam “committed with the teachings”. Sementara
dia sendiri beragama Yahudi tidak lebih dari sebuah “cultural inheritance” (warisan budaya). “In fact, we don’t really believe in God”, kenangnya.
Sekitar dua bulan Alina , mengikuti “Islamic Forum” di Islamic Center
New York . Saya tidak melihat ada satu hal mendasar yang dia tidak
ketahui atau ragukan di agama ini. Tapi nampaknya juga masih bersikap
“dingin” untuk masuk ke agama ini. Biasanya saya tidak pernah mengajak
langsung atau menanyakan “kapan seseorang akan pindah agama” walaupun
orang tersebut suah menampakkan simpatik yang besar terhadap Islam.
Tujuan saya adalah menjaga “image” the Forum bahwa itu ditujukan untuk
“convert” orang ke agama Islam.
Membela Rasulullah SAW
Hingga sekitar sebulan lalu, Alina berkunjung ke Pasadena , salah satu
bagian dari California , untuk menemui kedua orang tuanya. Menurutnya,
suatu ketika di saat dia berjalan di kota tersebut, tiba-tiba ada
seseorang yang berteriak-teriak dengan microphone mencaci Rasulullah,
Muhammad SAW. Tidak tahan melihat perlakuan orang tersebut, Alina
mendatanginya dan berdebat dengannya mengenai Muhammad SAW. Tapi karena
orang tersebut memakai pembesar suara, orang-orang di sekitar itu tidak
mendengarkan pembelaan Alina terhadap Rasulullah. “I was so sad and crying” katanya.
Sejak kejadian itu, Alina nampak semakin kalem. Dalam beberapa saat
ketika kelas dimulai Alina datang terlambat. Hingga suatu ketika saya
tanyakan, “Why you always come late lately?”. Saya terkejut ketika dia menjawab: “I do my istikharah”. Saya tanyakan “Istikharah untuk apa?”. Saya justru menyangka, mungkin istikharah karena ada calon suami, dll. Ternyata menurutnya, “I do my istikharah to ask God, if the time has already come for me to be a Muslim”. Saya sempat tidak bisa menahan geli dan menjawab: “What you do itself (istkharah) is the best indication that Goad wants you to be a Muslim right away”.
Alhamdulillah, dua Minggu lalu Alina menelpon dan menyampaikan keinginan untuk bersyahadah. Saya sempat bercanda, “Are you going to take shahadah with me or with some one else”. Dia menjawab, “I will do take my shahadah only with you”. Saya tanyakan kapan dia ingin bersyahadah? Diapun menyebutkan hari Sabtu.
Sabtu kemarin, 31 Maret 2007, secara formal Alina menyatakan menerima
Islam sebagai petunjuk hidupnya. Disaksikan oleh peserta “Islamic
Forum” dan dengan mata yang berlinang, Alina menyaksikan, “Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah peseruh Allah”. Allahu Akbar!
Semoga Allah menjagamu Alina, dan menjadikanmu pejuang di jalanNya!
New York , 2 April 2007
*) Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Syamsi adalah penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com
Senin, 04 Januari 2010
Gadis Rusia Dapat Hidayah
Labels:
Syiar Islam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar