Friday, 10 March 2006 15:37
"Jikalau
Anda tidak mengatakan kebenaran tentang diri sendiri, Anda tidak dapat
mengatakan kebenaran tentang orang lain" (Virgina Woolf).
Diriwayatkan dari Anas ra, ia berkata, "Suatu hari aku sedang bersama anak-anak. Tiba-tiba muncul Rasulullah SAW dan berkata, 'Assalamualaikum, hai anak-anak'."
Diriwayatkan dari Anas ra, ia berkata, "Suatu hari aku sedang bersama anak-anak. Tiba-tiba muncul Rasulullah SAW dan berkata, 'Assalamualaikum, hai anak-anak'."
Sementara itu, pada suatu hari,
seorang pegawai Umar bin Khatab ra menemui khalifah tersebut. Ia kaget
mendapati sang khalifah sedang berbaring, sementara beberapa anak kecil
sedang asik bermain-main di sekitarnya. Orang tadi memperlihatkan rasa
keheranan melihat hal itu.
Sang Khalifah lalu bertanya, "Jadi bagaimana
keadaanmu dengan keluargamu?" Ia menjawab, "Begitu melihatku,
keluargaku yang berbicara langsung diam". Umar berkata kepadanya,
"Kalau begitu, kamu turun saja dari jabatanmu. Soalnya kalau terhadap
keluarga dan anakmu saja kamu tidak bisa berlaku lembut, bagaimana kamu
bisa berlaku lembut terhadap umat Rasulullah SAW?".
Dua riwayat itu, sesungguhnya telah mengajarkan kepada tiap orang tua
untuk selalu memperlakukan anak dengan lembut dan proporsional. Nabi
SAW bersabda, "Barangsiapa punya anak kecil hendaklah ia perlakukan
secara proporsional." (HR. Ibnu Askair).
Di sini, berarti seorang anak haruslah diperlakukan sesuai dengan
derajat kekanak-kanakannya. Ia harus diajak bicara dengan lemah lembut.
Diperlakukan dengan rasa penuh cinta kasih. Lalu, diusahakan agar
hatinya gembira, didekati, diajak bermain dan bersenda gurau. Kemudian,
isilah akal dan hatinya dengan harapan serta keceriaan hidup.
Terkait dengan itu, seorang bijak pernah mengatakan, "Ketika anakmu
telah berusia tujuh tahun, ajak ia bermain. Didiklah ia dan bertemanlah
dengannya. Kemudian biarkan ia bermain dengan teman yang belum
dikenalnya". Ucapan ini bermakna mendorong tiap orang tua agar bisa
menjadi teman yang baik dan dapat dipercaya bagi anak-anaknya, terutama
pada fase usianya yang paling menentukan (baca: fase anak-anak dan
remaja).
Pada
konteks kekinian, boleh jadi terjadinya banyak tragedi kekerasan di
negeri ini, sebagai pangkal penyebabnya ialah karena pada tatanan
keluarga kita, mungkin selama ini tidak memperhatikan dan tidak
mendidik anak-anak di rumah secara lembut dan penuh kasih sayang.
Sehingga dampaknya, bisa jadi keberadaan anak-anak kita itu akan
menjadi sumber masalah bagi orang lain. Naudzubillah.
Lebih jauh, fenomena itu terjadi salah satunya disebabkan karena
perlakuan orang tua yang tidak mendidik anak-anaknya tentang perlunya
membangun sebuah kebenaran terhadap dirinya sendiri, termasuk di
dalamnya bagaimana memperlakukan seorang anak secara proporsional.
Sehingga pantas saja apa yang dikatakan Virgina Woolf, seorang penulis
dari Inggris, "Jika Anda tidak mengatakan kebenaran tentang diri
sendiri, Anda tidak dapat mengatakan kebenaran tentang orang lain".
Padahal, pola pendidikan semacam itu, yang diselimuti kasih sayang dan
kelembutan ini akan menjadi kunci tercapainya derajat kualitas anak
kita di kemudian hari. Dalam hal ini, Syekh Jamaluddin Mahfuzh
mengungkapkan manfaat yang bisa didapat dari cara mendidik anak seperti
itu. Pertama, dapat menghilangkan hambatan-hambatan dan mendekatkan
jarak pemisah antara ayah dengan anak. Dengan demikian si anak merasa
tidak menemukan kesulitan apa pun untuk bermusyawarah dengan ayahnya
tentang masalah dunia dan kehidupan yang ia hadapi.
Kedua, dapat melahirkan kesiapan mental si anak untuk menerima nasehat
dan pengarahan. Dan ketiga, dapat mengungkap kemampuan sebenarnya si
anak dan tingkat kematangan akal serta mentalnya. Dengan demikian, ia
bisa membatasi pengarahan atau beban secara proporsional, tanpa
menambahi atau menguranginya.
Akhirnya, tidak ada alasan lagi bagi orang tua untuk tidak membangun
keluarga dengan memperhatikan dan bersahabat dengan anak-anaknya dalam
'dekapan' kasih sayang dan kelembutan. Dalam sebuah hadisnya,
Rasulullah SAW berpesan, "Perhatikanlah anak-anakmu, dan didiklah
mereka dengan baik." (HR. Ibnu Majah). Wallahu a'lam.
Sumber;mualaf.com
0 comments:
Posting Komentar